Inflasi AS Turun, Harga Emas Justru Mampu Naik

Inflasi AS Turun, Harga Emas Justru Mampu Naik

Harga emas naik di tengah melemahnya dolar AS dan imbal hasil Obligasi. Dua hal ini memang biasanya akan meningkatkan daya tarik logam mulia bagi kalangan investor saat melemah, mengingat Emas adalah asset yang tidak berbunga.

Harga emas di pasar spot diperdagangkan pada kisaran harga $2633 per troi ons, atau naik 0.2% dari penutupan sebelumnya. Dalam perdagangan berjangka, harga emas untuk kontrak pengiriman bulan Desember terakhir terlihat naik $17,20 menjadi $2.643,20 per ons.

Pada hari Kamis, harga emas berakhir naik setelah turun dalam empat sesi sebelumnya. Pelemahan Dolar AS menjadi daya dorong kenaikan harga setelah Amerika Serikat melaporkan angka inflasi yang menurun bulan lalu, meskipun tidak sebesar yang diharapkan.

Dalam laporan terkini disebutkan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS bahwa Indek Harga Konsumen (IHK) naik sebesar 2,4% bulan lalu, turun dari 2,5% pada bulan Agustus, tetapi di atas estimasi konsensus untuk pembacaan 2,3%, menurut Marketwatch. IHK inti, yang tidak termasuk makanan dan energi yang mudah berubah, naik 3,3% per tahun, naik dari 3,2% pada bulan Agustus dan ekspektasi untuk kenaikan 3,2%.

Kenaikan yang lebih tinggi dari yang diharapkan lebih jauh mengesampingkan kemungkinan pemangkasan suku bunga AS sebesar 50 basis poin saat komite kebijakan Federal Reserve bertemu bulan depan, tetapi mungkin tidak meyakinkan bank sentral untuk menunda penurunan suku bunga.

Dengan laporan CPI hari ini, sebagai sesuatu yang bukan yang diinginkan oleh Fed setelah langkah beraninya pada bulan September dan secara virtual mengesampingkan kemungkinan pemangkasan besar lainnya pada bulan November. Meskipun ada keyakinan terjadinya pemangkasan seperempat poin lagi. Namun banyak hal masih akan bergantung pada sejumlah data ekonomi kembali. Pasar mempertimbangkan kemungkinan angka lapangan kerja yang kuat kedua berturut-turut pada bulan Oktober.

Paska penyampaian data IHK ini, nilai tukar dolar jatuh dimana indek dolar ICE turun 0,15 poin menjadi 102,78. Sementara Imbal hasil obligasi AS berakhir beragam, dimana obligasi AS tenor dua tahun terlihat membayar 3,98%, turun 5,0 basis poin, sementara hasil obligasi 10 tahun naik 1,4 poin menjadi 4,083%

Kedepannya, diyakini bahwa harga emas masih akan tetap tinggi selama beberapa tahun mendatang dibandingkan dengan level sebelum Covid-19. Meski ada beberapa risiko penurunan, terutama jika mantan Presiden Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS mendatang, yang akan mendukung dolar dan menekan harga emas.

Melihat pergerakan harga emas di pasar spot sepanjang tahun 2024, rata-rata harganya adalah naik dari $2.250 per ons menjadi $2.375. Hasil ini menguatkan harapan bahwa dalam beberapa bulan kedepan.

Harga berpeluang diperdagangkan dalam kisaran $2.500-$2.800 per ons dalam beberapa bulan mendatang. Tren harga emas masih netral hingga bullish hingga akhir 2024 sampai awal 2025, karena harga mendapat dukungan dari pemotongan suku bunga Federal Reserve AS dan ketegangan geopolitik tingkat tinggi.

Pada sisi lain dilaporkan pula bahwa permintaan ritel emas dari Cina kemungkinan akan membaik, tulis analis CCB International Helen Lau. Permintaan ini termasuk emas sebagai perhiasan, batangan, dan koin, yang mengalami penurunan 44% pada kuartal ke-2. Jatuhnya pembelian didorong oleh lonjakan harga emas yang tiba-tiba, sentimen pasar yang lemah, dan pasar properti yang merosot, catat Lau.

Namun demikian, penjualan emas eceran di Cina naik 26% per bulan pada Agustus. “Kami memperkirakan sentimen pasar yang kembali bergairah dan meningkatnya konsumsi akan mendorong penjualan emas eceran di CIna,” imbuh Lau. Pemulihan permintaan Cina sangat penting bagi permintaan emas global, karena mewakili 13% dari permintaan global pada kuartal kedua, pungkas Lau.