Imbal Hasil Obligasi Naik, Reli Bursa Saham Terhenti

Imbal Hasil Obligasi Naik, Reli Bursa Saham Terhenti

Indek saham global turun pada hari Selasa (12/11/2024) setelah naik selama lima sesi berturut-turut. Sementara itu, dolar AS mencapai level tertingginya dalam lebih dari enam bulan. Para investor mempertimbangkan dampak dari kemungkinan arah kebijakan Presiden terpilih AS Donald Trump.

Investor telah berbondong-bondong masuk ke aset yang diharapkan akan mendapat manfaat dari kebijakan Trump untuk masa jabatan keduanya. Ini dilakukan setelah ia berjanji untuk mengenakan tarif tinggi pada impor dari mitra dagang utama, serta menurunkan pajak dan melonggarkan peraturan pemerintah.

Indek S&P 500 telah melonjak baru-baru ini, sebagian didorong oleh lonjakan saham sektor perbankan, yang kemungkinan akan mendapat manfaat dari berkurangnya beban regulasi. Kedua, saham-saham berkapitalisasi kecil yang berfokus pada domestik telah melonjak karena ekspektasi akan berkurangnya persaingan dari tarif dan tarif pajak yang lebih rendah. Ini tercermin dari indek Russell 2000 yang melonjak ke level tertinggi tiga tahun pada hari Senin.

Bitcoin, sebagai mata uang kripto terbesar di dunia, telah melonjak sekitar 30% sejak pemilihan umum 5 November. Harganya meroket mendekati angka $90.000. Trump dipandang sebagai pendukung mata uang kripto, dimana ia berjanji selama kampanyenya untuk menjadikan Amerika Serikat sebagai “ibu kota kripto di planet ini.”

Bursa saham AS telah menguat sejak pemilihan umum, tetapi ditutup sedikit lebih rendah pada hari Selasa setelah masing-masing dari tiga indeks utama Wall Street ditutup pada level rekor pada sesi sebelumnya. Namun, adanya kekhawatiran bahwa kebijakan Trump dapat menyebabkan munculnya kembali inflasi setelah perjuangan panjang untuk mengurangi tekanan harga menyusul pandemi COVID-19 telah mendorong imbal hasil Treasury AS dan dolar lebih tinggi.

Para pelaku pasar sendiri akan menantikan data inflasi terbaru yang akan diterbitkan pada hari Rabu berupa indeks harga konsumen (CPI) untuk bulan Oktober.

Diyakini bahwa perdagangan hari ini merupakan titik tertinggi sepanjang masa yang telah di capai sejauh ini dalam beberapa hari terakhir. Jika terjadi penurunan paska kenaikan ke posisi tertinggi sepanjang masa tentu tak lain merupakan semacam gerakan ambil untung dan konsolidasi dari para investor.
Pasar internasional sendiri juga turun berdasarkan persepsi tentang apa yang mungkin terjadi dengan tindakan tarif.

Indek Dow Jones turun 382,15 poin, atau 0,86%, menjadi 43.910,98, S&P 500 turun 17,36 poin, atau 0,29%, menjadi 5.983,99 dan Nasdaq 17,36 poin, atau 0,09%, menjadi 19.281,40.

Saham Home Depot turun 1,28%, setelah perusahaan ritel peralatan rumah tangga itu melaporkan hasil kuartalan.

Di Eropa, saham ditutup lebih rendah, terbebani oleh nama-nama yang memiliki eksposur besar ke Tiongkok, dimana berita bahwa Trump diperkirakan akan memilih Senator AS Marco Rubio sebagai menteri luar negerinya. Rubio dipandang sebagai opsi paling agresif dalam daftar kandidat Trump.

Indek MSCI Global turun 6,17 poin, atau 0,71%, menjadi 856,93. Indeks STOXX 600 turun 1,98%, sementara indeks FTSE EuroFirst 300 Eropa ditutup turun 40,36 poin, atau 1,99%, karena keduanya mengalami penurunan persentase harian terbesar sejak awal Agustus. Imbal hasil obligasi acuan AS 10 tahun melonjak 12,2 basis poin menjadi 4,43%, sedikit di bawah level tertinggi 4 bulan sebesar 4,479% yang dicapai minggu lalu.

Selain data CPI, Sejumlah pejabat Federal Reserve akan berbicara minggu ini menyusul keputusan kebijakan bank sentral minggu lalu untuk memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.

Presiden Richmond Fed Thomas Barkin mengatakan bahwa dengan inflasi yang mendekati target Federal Reserve sebesar 2%, pasar tenaga kerja yang tangguh, dan bank sentral AS dalam proses menurunkan biaya pinjaman, para pembuat kebijakan siap untuk merespons jika tekanan inflasi meningkat atau pasar kerja melemah.

Presiden Bank Federal Reserve Minneapolis Neel Kashkari mengatakan ekonomi “dalam kondisi baik” dan ia merasa kebijakan moneter AS saat ini “cukup ketat,” dengan biaya pinjaman jangka pendek yang terus memperlambat inflasi dan ekonomi, tetapi tidak terlalu banyak.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang mata uang, naik 0,47% menjadi 105,91, dengan euro turun 0,28% pada $1,0624. Greenback telah naik dalam empat dari lima sesi sejak pemilihan hingga mencapai 106,17, level tertinggi sejak 1 Mei.

Terhadap yen Jepang, dolar menguat 0,53% menjadi 154,52. Sterling melemah 0,93% menjadi $1,2749. Dolar menguat 0,18% menjadi 7,239 terhadap yuan Tiongkok di luar negeri.

Greenback diperkirakan akan terus menguat terhadap mata uang Tiongkok dan mata uang yang sensitif terhadap ekonominya sebagai akibat dari kebijakan perdagangan Trump dan karena ekspektasi imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi.

Pasar telah mengurangi ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga lebih lanjut dari Federal Reserve, saat ini memperkirakan peluang pemangkasan 25 basis poin sebesar 58,4% pada pertemuan Desember, turun dari 77,3%

Pada perdagangan komoditi, harga minyak mentah AS ditutup naik 0,12% pada $68,12 per barel dan Brent naik 0,08% menjadi $71,89 per barel pada hari itu, bertahan mendekati level terendah dua minggu setelah OPEC melakukan menurunkan prospek pertumbuhan permintaan.