Harga minyak mentah kembali naik, dimana Brent naik 0,65% menjadi $78,56 per barel dan WTI naik 1% menjadi $75,10 per barel. Kedua patokan harga minyak ini melonjak kembali setelah pelaku pasar mencerna perkembangan baru di Timur Tengah. Namun demikian, harga minyak sempat anjlok pada tengah sesi perdagangan Asia hari ini. setelah membukukan kenaikan mingguan tertajam dalam lebih dari setahun minggu lalu.
Presiden AS Joe Biden dilaporkan mencegah Israel merencanakan serangan terhadap fasilitas minyak mentah Iran sebagai tanggapan atas serangan rudal Iran minggu lalu. Namun demikian, para pejabat Israel sendiri tidak menjanjikan bahwa mereka bisa menghindari untuk tidak mentarget sasaran vital tersebut. Menurut laporan OPEC, Iran telah memproduksi sekitar 3,3 juta barel minyak per hari. Serangan terhadap fasilitas minyak Iran akan membuat pasar minyak dapat mengalami gangguan pasokan.
Pelaku pasar merasa khawatir terkait dengan potensi kelebihan pasokan setelah permintaan melemah. Sentimen ini ternyata mengimbangi kekhawatiran pasar soal konflik di Timur Tengah yang meluas dimana menimbulkan ketakutan akan potensi gangguan ekspor di wilayah penghasil minyak utama tersebut.
Brent naik lebih dari 8% minggu lalu, kenaikan mingguan terbesar sejak Januari 2023, sementara kontrak WTI naik 9,1% minggu ke minggu, tertinggi sejak Maret 2023, karena ekspektasi bahwa Israel dapat menyerang infrastruktur minyak Iran sebagai respons atas serangan rudal Iran terhadap Israel pada 1 Oktober. Namun, karena respons Israel masih berkembang, beberapa investor kemungkinan menjual kontrak berjangka untuk mengunci keuntungan mereka dari kenaikan baru-baru ini.
Aksi ambil untung secara teknis tampaknya menjadi penjelasan yang paling logis, terkait dengan pelemahan harga minyak. Meskipun pasar minyak pasti akan mengalami peningkatan di tengah kekhawatiran akan pembalasan Israel terhadap Iran, karena potensi eskalasi konflik berskala besar di Timur Tengah telah mengimbangi meningkatnya tekanan dari sisi permintaan.
Israel mengebom target-target Hizbullah di Lebanon dan Jalur Gaza pada hari Minggu menjelang peringatan satu tahun serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober terhadap Israel yang memicu perang saat ini antara Israel dan kelompok-kelompok militan yang didukung Iran. Menteri pertahanannya juga mengatakan semua opsi terbuka untuk pembalasan terhadap Iran.
Roket-roket Hizbullah menghantam kota terbesar ketiga di Israel, Haifa, kata polisi pada hari Senin pagi, dan media Israel melaporkan 10 orang terluka di wilayah utara negara itu.
Meski harga minyak naik minggu lalu, dampak konflik terhadap pasokan minyak akan relatif kecil. Terlihat bahwa serangan langsung terhadap fasilitas minyak Iran sebagai respons yang paling tidak mungkin diambil di antara opsi-opsi oleh Israel.
Selain itu, terlihat bahwa dampak dari peristiwa geopolitik terhadap pasokan minyak juga telah berkurang. Hal ini telah menyebabkan premi risiko geopolitik yang jauh lebih kecil yang diterapkan pada pasar minyak dalam beberapa tahun terakhir, dan kapasitas cadangan OPEC sebesar 7 juta barel per hari memberikan penyangga lebih lanjut.
OPEC dan sekutunya termasuk Rusia dan Kazakhstan, dianggap memiliki jutaan barel kapasitas cadangan sejak memangkas produksi dalam beberapa tahun terakhir untuk mendukung harga di tengah melemahnya permintaan global. Mereka memiliki kapasitas minyak cadangan yang cukup untuk mengompensasi hilangnya pasokan Iran sepenuhnya jika Israel melumpuhkan fasilitas negara itu, tetapi akan kesulitan jika Iran membalas dengan menyerang instalasi tetangganya di Teluk.
Pada pertemuan terakhirnya pada 2 Oktober, OPEC+ mempertahankan kebijakan produksi minyaknya tidak berubah termasuk rencana untuk mulai menaikkan produksi mulai Desember.
Sentimen ini ketika dikombinasikan dengan laju pemulihan ekonomi yang tidak menentu di Cina dengan kenaikan produksi, dianggap dapat dengan mudah melindungi pasar dari gangguan pasokan dan dapat terus membatasi kenaikan harga minyak lebih lanjut.
Analyst Royalfx