Dolar Menguat Tajam, Yen Terhempas Mendekati 0 Lagi

Dolar Menguat Tajam, Yen Terhempas Mendekati $150 Lagi

Mengawali perdagangan di awal minggu ini, pada tengah sesi Asia hari Senin (07/10/2024) Dolar AS masih mampu mempertahankan kenaikan yang telah diperolehnya sejak minggu lalu dari dukungan data pekerjaan AS dan gejolak keamanan di Timur Tengah. Meski sempat melemah saat ini, namun pasar tak memungkiri kenaikan dolar tercatat sebagai lonjakan terbesar dalam enam bulan pada bulan September.

Pelaku pasar menilai penurunan angka pengangguran dan kenaikan upah di AS yang solid, menunjukkan kondisi ekonomi Paman Sam yang tangguh. Hal ini memaksa pasar untuk mengurangi ekspektasi mereka soal pemotongan suku bunga Federal Reserve.

Sebelumnya, ada banyak faktor yang membebani greenback sepanjang musim panas namun kondisinya kini telah berbalik. Salah satunya adalah memudarnya kekhawatiran datangnya resesi dan aksi harga yang menunjukkan batas harga fungsi bereaksi secara dovish yang mana telah tercapai dengan kumpulan data ini.

Secara struktural, ada peluang untuk memulai membangun kembali posisi short pada dolar AS sepanjang beberapa minggu ke depan. Pasar tampaknya telah menyerah pada harapan pemangkasan sebesar 50 bps lagi, dan angka inflasi seharusnya tidak mengubahnya. Disisi lain, situasi Timur Tengah mungkin tidak akan memburuk lebih jauh. Pun demikian, konsensus yang ada dianggap masih belum bisa mendorong de-eskalasi situasi disana untuk saat ini.

Indek dolar AS (DXY) turun 0,05% pada 102,48. Indeks dolar naik 0,5% pada hari Jumat ke level tertinggi tujuh minggu, mencatat kenaikan lebih dari 2% untuk minggu ini, yang terbesar dalam dua tahun. Indeks dolar sedikit di atas 100 pada awal minggu lalu.

Ini adalah kedua kalinya indeks dolar jatuh kembali ke support pada level 100,00 dalam beberapa tahun terakhir. Pada kesempatan terakhir di bulan Juli 2023, indeks dolar AS diuji tetapi gagal menembus di bawah level 100,00 sebelum melakukan rebound yang kuat (+7,8%) dalam tiga bulan berikutnya.

Pada perdagangan USD/JPY, Yen turun tipis hingga mencapai 149,10 per dolar, level terlemahnya sejak 16 Agustus, sebelum memangkas kerugian hingga diperdagangkan di sekitar 148,40. Itu terjadi setelah penurunan lebih dari 4% minggu lalu, persentase penurunan mingguan terbesar sejak awal 2009. Dapat pula dikatakan bahwa kinerja yen yang buruk juga berkaitan dengan komentar minggu lalu dari perdana menteri baru, Shigeru Ishiba, yang memicu ekspektasi bahwa kenaikan suku bunga di Jepang masih jauh.

Dengan pemotongan suku bunga masih menjadi posisi default, dan ketika dipadukan dengan ekspektasi pendapatan yang optimis dan China yang bekerja keras pada likuiditas dan fiskal, kasus bull ekuitas dan dolar AS mendapat suntikan semangat.

Arus berita utama geopolitik dan kemungkinan guncangan pasokan energi tetap menjadi ancaman berkelanjutan bagi sentimen, mereka yang telah menetapkan risiko jangka panjang belum mendengar apa pun yang signifikan dari pergerakan pasar sepanjang akhir pekan dan memasuki minggu perdagangan baru dengan perasaan cukup baik tentang prospek kenaikan lebih lanjut.

Di Timur Tengah, Israel mengebom target Hizbullah di Lebanon dan Jalur Gaza pada hari Minggu menjelang peringatan satu tahun serangan 7 Oktober yang memicu perang tersebut. Menteri pertahanan Israel juga menyatakan semua opsi terbuka untuk pembalasan terhadap musuh bebuyutannya, Iran.

Pada perdagangan Euro, EUR/USD berada pada $1,0970, turun 0,06%.

Imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun mencapai titik tertinggi baru dalam 2 bulan di 3,9920%, pada perdagangan awal di London. Namun pihak manajemen investasi Barclays memperkirakan mereka memiliki ruang untuk naik sekitar 20 bps bahkan setelah memperhitungkan skenario terburuk dari penurunan ekonomi.


Federal Reserve diyakini masih akan memangkas suku bunga hanya 25 bps pada bulan November, bukan 50 bps, setelah data pekerjaan. Mereka sekarang memperkirakan peluang 95% untuk pemangkasan seperempat poin, naik dari 47% seminggu yang lalu, dan peluang 5% untuk tidak memangkas sama sekali, menurut alat FedWatch CME

Oleh sebab itu, nilai tukar dolar-yen akan bertahan di kisaran 145-149 dalam beberapa minggu mendatang karena ekspektasi yang lebih rendah terhadap pemangkasan besar-besaran oleh Fed pada bulan November dan sikap dovish PM Jepang menjelang pemilihan umum pada tanggal 27 Oktober selama ketegangan di Timur Tengah tetap terkendali.

Pada perdagangan Poundsterling, GBP/USD stagnan di sekitar $1,3122, mempertahankan penurunan 1,9% minggu lalu, penurunan tertajam sejak awal 2023.
Kepala Ekonom Bank of England Huw Pill mengatakan pada hari Jumat bahwa bank sentral harus bergerak secara bertahap dengan memangkas suku bunga, sehari setelah gubernur Andrew Bailey dikutip mengatakan BoE mungkin bertindak lebih agresif untuk menurunkan biaya pinjaman.